Keperluan besi tubuh sebenarnya sangat sedikit.
Karena tubuh mengelola besi dalam badan kita dengan cara yang amat tepat guna
dengan mengambil elemen-elemen sisa misalnya dari pemecahan eritrosit tua. Dari
3000 s/d 5000 mg besi yang ada dalam tubuh seseorang yang sehat, yang
diekskresi tubuh setiap hari hanya 1 mg. Dan 3000-5000 mg besi tubuh kita 60%,
(1800-3000 mg.) berada dalam eritrosit, 30% berada sebagai besi cadangan dan
hanya 20% berada dalam berbagai organ lainnya seperti otot, enzim dan
lain-lain. Walaupun pengelolaan besi oleh tubuh dilakukan secara amat tepat guna,
namun kenyataannya 10-20% penduduk dunia ini menderita anemi karena defisiensi
besi. Penderita anemi defisiensi besi temyata tidak hanya ditemukan di negara berkembang,
namun juga di negara maju.
Untuk mengatur masuknya besi dalam tubuh maka tubuh
memiliki suatu cara yang amat tepat guna. Besi hanya dapat masuk ke dalam
mukosa usus apabila ia dapat bersenyawa dengan apoferitin. Jumlah apoferitin
yang ada dalam mukosa usus bergantung pada kadar besi tubuh. Bila besi dalam
tubuh sudah cukup maka semua apoferitin yang ada dalam mukosa usus terikat
dengan Fe ++ menjadi feritin. Dengan demikian tidak ada lagi apoferitin yang
bebas sehingga tidak ada besi yang dapat masuk ke dalam mukosa Besi yang ada
dalam mukosa usus hanya dapat masuk ke dalam darah bila ia dapat berikatan
dengan G-globulin yang ada dalam plasma. Gabungan Fe dengan B-globulin disebut
feritin. Apabila semua G-globulin dalam plasma sudah terikat Fe" (menjadi
feritin) maka Fe'' yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke dalam plasma
dan turut lepas ke dalam lumen usus saat sel mukosa usus lepas dan diganti dengan
sel baru. Hanya Fe++ yang terdapat dalam transferin dapat digunakan dalam eritropoesis,
karena sel "eritroblas" dalam sumsum tulang hanya memiliki
"reseptor" untuk feritin. Kelebihan besi yang tidak digunakan
disimpan dalam stroma sumsum tulang sebagai feritin. Besi yang terikat pada
B-globulin (feritin) selain berasal dari mukosa usus juga berasal dari limpa,
tempat eritrosit yang sudah tua (berumur 120 hari) dihancurkan sehingga besinya
masuk ke dalam jaringan limpa untuk kemudian terikat pada B-globulin (menjadi
transferin) dan kemudian ikut aliran darah ke sumsum tulang untuk digunakan
eritroblas membentuk hemoglobin.
Distribusi Besi
Pada orang laki-lakidewasa normalnya memiliki kadar
besi tubuh 35-45mg/kgBB. Pada wanita premenopause memiliki simpanan besi yang
lebih rendah, karena secara normal akan mengalami kehilangan besi yang
erulang pada saat menstruasi. Lebihdari 2/3 bei tubuh ada di hemoglobin pada
precursor eritroid dan eritrosit matur.
Pengambilan besi oleh eritroid sangat tergantung
endositosis yang dimediasi reseptor melalui ikatan antara transferin dan
reseptor transferin. Setiap eritrosit mengandung jutaan atom besi. Pada
keadaan pergantian besi yang normal konsentrasinya adalah 2 X 10 20
atom
besi perhari. Akibatnya anemia adalah tanda cardinal dari kekurangan besi. Dalam
keadaan seimbang 1-2 mg besi masuk dan keluar dari tubuh setiap harinya. Besi
disimpan dalam sel parenkim hepar dan makrofag jaringan retikuloendotelial.
Makrofag akan menyediakan besi dari perusakan eritrosit dan menghasilkan
kembali besi ferri (Fe3+) yang akan
ditangkap transferin untuk diberikan ke sel-sel yang membutuhkan lagi. Sebagian
sisa besi tubuh ditemukan dalam hepatosit dan makrofag sel RE sebagai bentuk
simpanan.
Penyerapan besi
Ada tiga factor penting yang menentukan jumlah besi
yang diserap dari makanan, yaitu (1) total kandungan besi dalam makanan, (2)
control absorbsi besi oleh sel mukosa usus (3) bioavailabilitas besi dalam
makanan. Ada perbedaan mekanisme penyerapan besi antara besi hem dan besi non
heme. Besi hem akan diambil langsung oleh reseptor spesifik dari membrane
mukosa dan langsung melewati sitoplasma dalam keadaan tidak diubah, cincin
porfirin akan terbuka dan besi dikeluarkan. Meskipun bentuk ini hanya 10% dalam
makanan tetapi lebih dari 25 % besi yang ada tersebut dapat diserap oleh usus. Besi
non-heme sangat tidak larut dan berbentuk ion ferri. Untuk bisa diabsorbsi
harus direduksi dulu oleh ferrireduktase menjadi ferro (Fe2+)
dan akan berikatan dengan reseptor membrane mukosa usus dudodenum dan akan
melintasi sel mukosa duodenum masuk ke plasma dan diikat oleh apotransferin.
Besi non-hem hanya bisa diserap oleh mukosa usus dudodenum kira-kira 1-2 %. Pengambilan
besi non heme oleh sel mukosa usus dapat dipengaruhi oleh beberapa hal baik
yang meningkatkan maupun yang menurunkan penyerapan itu sendiri. Faktor yang
meningkatkan penyerapan besi non heme antara lain : (1) vitamin C dan asam
lambung (membantu meningkatkan produksi besi ferro) dan (2) adanya daging dalam
makanan, meskipun kandungan besinya adalah non heme. Sedangkan factor-faktor
yang dapat menurunkan penyerapan besi non heme oleh sel mukosa usus antara lain
(1) Calsium dalam makanan, dapat menghambat absorbsi besi heme maupun non heme
(2) fosfat dan phytat dapat mencegah pengurangan besi ferri menjadi ferro (3)
antacid dan hipoklorid mengurangi jumlah besi ferro dalam makanan (4) tannin
(suatu polifenol) dapat menghambat penyerapan besi non heme.
Pengaturan Penyerapan
Besi
Besi yang diambil dari makanan tidak terikat
transferin dan tidak ada peranan transferin dalam lumen usus. Proses absorbsi besi
dibantu oleh enzim yang mereduksi ferri menjadi ferro yaitu ferrireduktase dari
brush-border. Besi harus melintasi dua membrane untuk ditransfer melintasi vili
penyerap : (1) pengangkut didaerah apical oleh DMT 1 dengan aktifitas ferrire duktase
(2) Besi akan pindah ke sirkulasi dengan bantuan Fep1(ferroportin) dan HEPH
(hepaestin) untuk membentuk komplek dengan transferin. Pada keadaan besi sudah
jenuh maka kadar besi plasma tinggi, dan menyebabkan komplek TfR-HFE-2m akan
menarik besi ke dalam membrane basalis enterosit sehingga kadar besi membrane
tinggi. Selanjutnya terjadi hantaran sinyal ke bagian apical, akibatnya
absorbsi besi akan turun. Proses ini akan terjadi sebaliknya pada defisiensi besi.
Di dalam sel enterosit besi dapat dioksidasi menjadi bentuk ferri untuk
disimpan sebagai ferritin atau diangkut melintasi membrane basolateral
enterosit oleh pengangkut Fep 1 (pengangkut besi transmembran). HEPH akan
memfasilitasi pengeluaran besi kedalam plasma dan oksidasi kedalam bentuk
ferri.
Absorbsi besi di intestinum diatur dengan beberapa
cara. (1) dietary regulator, yaitu dimodulasi oleh sejumlah besi yang
dikonsumsi saat itu. Untuk beberapa hari setelah pemberian bolus besi diet, sel
mukosa usus menjadi resisten terhadap kebutuhan besi tambahan. Fenomena ini
disebut mucosal block. Aksi pengeblokan terjadi karena adanya akumulasi
besi intraseluler. (2) stores regulator , yaitu merespon terhadap kadar besi
total. Mekanisme dapat megubah jumlah besi yang diserap dan membatasi besi yang
dikeluarkan (3) erytropoetic regulator , hanya merespon kebutuhan besi
untuk eritropoesis.
Transport besi
Transferin adalah protein utama pengangkut besi,
suatu beta globulin dan disintesis di hepar.Tiap-tiap molekul transferin dapat
mengikat dua molekul besi dalam bentuk ferri. Transferin akan membawa besi ke
sum-sum tulang atau ke organ lain apabila sum-sum tulang mengalami kerusakan
atau kelebihan jumlah besi yang siap disimpan dalam sum-sum tulang. Pada saat
tidak ada transferin, protein lain akan mengikat besi tetapi membawa besi ke
organ lain seperti hepar, limpa, pancreas dan sedikit ke sum-sum
tulang.Transferin mempunyai reseptor spesifik pada besi maupun ke sel RE dan
normoblast yang baru berkembang. Sekali berikatan dengan membrane sel transferin
akan berubah bentuk dan mengeluarkan besi, kemudian akan kembali lagi ke sirkulasi
portal untuk mengikat besi lagi. Dalam keadaan normal kira-kira sepertiga transferin
bias mengikat besi. Transferin yang sudah membawa besi berikatan dengan
reseptor transferin pada permukaan precursor entroid. Pompa proton mengalami
penurunan pH dalam endosom dan akan mengakibatkan perubahan komformasi protein
yang pada akhirnya menyebabkan dikeluarkannya besi dari transferin. Pengangkut
besi yaitu DMT 1 memindahkan besi melintasi membrane endosom masuk ke
sitoplasma. Sementara itu transferin dan reseptor transferin mengalami siklus
kembali ke permukaan sel, dimana masing-masing dapat digunakan untuk siklus
pengikatan dan pengambilan besi kembali. Dalam sel eritroid sebagian besar besi
pindah ke mitokondria, dimana akan berganbung dengan protoporfirin untuk
membentuk heme.
Penyimpanan besi
Dalam sel non-eritroid besi disimpan sebagai
ferritin dan hemosiderin. Ferritin terdiri dari tempurung protein bagian
luarnya dan komplek besi dibagian tengah atau intinya. Tempurung bagian
luarnya terdiri dari 22 molekul apoferritin dan intinya terdiri dari
fosfat/besi sejumlah 4000-5000 molekul besi tiap intinya. Ferritin bersifat
larut air dan sejumlah kecil larut dalam plasma. Semakin besar jumlah
ferritin yang disimpan semakin besar ferritin yang larut dalam plasma.
Kadar ferritin untuk laki-laki 40-3000 ug/l dan 20-150 ug/l pada
wanita.
maaf bang, kalau ekskresi besi yang 1 mg/hari dari mana sitasinya? saya sudah baca beberapa artikel n tidak menemukan mekasnisme ekskresinya
BalasHapus