Tentu tidak aneh jika seseorang menikah dengan kerabat terdekat
misalnya diambil contoh dengan sepupu. Untuk di Indonesia sendiri, masih banyak
yang melakukan perkawinan tersebut dengan tujuan untuk mempererat tali
kekeluargaan. Dalam keluarga kerajaan atau orang-orang kaya, hal itu lumrah
dilakukan untuk menjaga keturunan, akan tetapi dibalik itu semua terdapat suatu
hal negatif yang bisa membahayakan keturunannya. Mengapa demikian? Langsung saja
ke TKP….
Perkawinan sedarah atau berdekatan keluarga dalam bahasa medis
disebut inbreeding (cosanguineus). Hal
ini berlaku untuk 2 individu yang melakukan hubungan pernikahan dalam suatu
keluarga atau dengan keluarga terdekat. Individu hasil dari inbdreeding disebut
indbred. Sedangkan lawan dari Inbreeding adalah outbreeding (perkawinan
random). Derajat keparahan inbreeding tergantung dengan tingkat kedekatan
keluarga. Jadi, semakin dekat ikatan keluarga, semakin memperbesar kesempatan
mendapat keturunan yang memiliki gen resesif (kemungkinan besar cacat).
Semakin dekat
hubungan keluarga, terdapat gen-gen penyusun individu yang semakin mirip. Nah,
apabila dalam satu keluarga terdapat gen resesif (gen yang lemah), kemudian ada
anggota keluarga yang melakukan perkawinan sedarah, maka kemungkinan besar
persentase munculnya gen resesif semakin besar. Gen resesif muncul jikalau
genotifnya homozigot (misalnya rr, kalau heterozigot misal Rr maka r resesif
ditutupi R dominan).
Pengaruh inbreeding adalah :
- Kurangnya fraksi heterozigot secara keseluruhan (Hal itu
dibuktikan G. Mendel pada percobaan tanaman kacang yang melakukan reproduksi
sendiri).
- Maka fraksi homozigot
akan bertambah ( pada manusia yang memiliki gen resesif homozigot menyebabkan
banyak kelainan genetic dan kadang-kadang letal (mati)).
Perkawinan
terdekat dalam satu keluarga disebut incest, contohnya antara orang tua dan
anak maupun saudara laki-laki dengan saudara perempuan. Akan tetapi incest
tidak diperbolehkan dalam masyarakat Indonesia karena termasuk tabu dan dosa dalam
agama kita (perkawinan ortu ma anak). Perkawinan incest hanya dilakukan pada
zaman nabi yaitu antara saudara laki2 dan saudara perempuan.
Yang menjadi bahaya dalam melakukan inbreeding adalah pada faktor
keturunan yang dihasilkan. Anak dari pasangan inbreeding memiliki resiko lebih
besar dalam masalah kesehatan atau perkembangan dibandingkan dengan anak dari
pasangan outbreeding.
Resiko inbreeding jika dipandang dari genetiknya :
- Jika orang tua memiliki hubungan darah yang dekat maka ada kemungkinan orang tua membagikan gena resesif mutan kepada keturunannya
- Manusia mempunyai ± 30000 pasangan gena dalam setiap sel tubuh yang bertanggungjawab pada kesehatan umum & perkembangan.
- Setiap orang membawa beberapa gena yang oleh suatu sebab dpt mengalami mutasi dan membahayakan karena secara tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan individu tsb. Gena normal biasanya mampu mengatasi gena mutan (jika gena mutan adalah resesif)
- Pada umumnya 2 orang yang tidak mempunyai hubungan darah tidak mempunyai gena mutan yang sama, tidak seperti pada 2 orang yang mempunyai hubungan darah
- Terjadi peningkatan resiko untuk membawa gena mutan berbahaya(merugikan) yang sama di antara 2 orang yang mempunyai hubunan darah.
- Kemungkinan untuk mempunyai anak cacat pada pasangan inbreeding lebih besar daripada yang outbreeding
- Pada keturunan dari inbreeding mempunyai resiko 30% kematian bayi atau menderita abnomalitas berat.
- Retardasi mental tanpa kelainan fisik juga meningkat pada populasi inbreeding
- Pada inbreeding sepupu dari keluarga tanpa sejarah kelainan genetic dalam keluarga, mempunyai resiko 2 kali lebih besar daripada yang outbreeding
- Resiko total untuk munculnya abnormalitas bayi dari pasangan inbreeding sepupu adalah ± 5-6%
- Resiko kecacatan bayi dari inbreeding dengan hubungan darah yang lebih dekat semakin meningkat (www.genetics.com.au/Genetics2003)
- Pada umumnya kejadian peningkatan resiko tidak terjadi pada kelainan yang disebabkan oleh genaresesif X-linked atau autosomal dominan
Test yang dapat dilakukan bagi pasangan inbreeding
:
- Pada keluarga dengan tanpa sejarah kelainan
yang spesificàtidak ada
test yang dapat memprediksi status untuk bayi
yang akan dilahirkan, apakah mempunyai resiko menderita kelainan tsb atau tidak.
- Jika dari keluarga
yang menunjukkan adanya individu
yang kelainan genetik, besarnya resiko tergantung pada pola keadaan
inheritance pada keluarga tsb
- Pada beberapa kelainan
genetic seperti cystic
fibrosis atau thalasemia, orang
tua dapat ditest untuk melihat apakah mereka membawa gena mutan untuk kelainan ini.
Resiko dari yang inbreeding lebih besar dari pada outbreeding.
- Untuk kelainan genetic poligena maupun multifaktorial seperti
spina bifida, beberapa bentuk congenital heart disease, terjadi peningktan resiko pada
inbreeding (sulit untuk menghitungnya/
memperkirakan besarnya resiko tsb.)
Kesimpulan, pada pasangan inbreeding memiliki
kemungkinkan lebih besar untuk menurunkan gen resesif pada anak-anaknya. Apalagi
pada pasangan yang memiliki gen resesif mutan (struktur DNA yang tidak normal),
hal ini tentunya menyebabkan kecacatan pada keturunan yang dihasilkan bahkan
dalam beberapa kasus gen resesif bisa menyebabkan letal (kematian pada individu
yang memilikinya).
nice post...sangat bermanfaat :)
BalasHapusniamts.blogspot.com
mohon info referensinya gan... kami sangat membutuhkannya, bisa lewat 085740911548. terima kasih
BalasHapusdi keluarga saya sudah umum yg namanya inbreeding, tapi antar sepupu, ada yg antar sepupu 1 kali atau[un sampe 5 kali. itu dilakukan keluarga krena jaman dulu org tdk terlalu banyak di kampung, jdinya inbreeding deh. hasilnya sih memang ada yg cata, bahkan ada sepupu yg sampai cepat mati gara2 inbreeding keluarga.
BalasHapusHubungan incest sangat lazim di Iceland: Hubungan Seks Sedarah di Iceland
BalasHapus